
Jalan Pedang atau Pecundang? Membincang KPPS
Jalan Pedang atau Pecundang? Membincang KPPS
Jika penguasa lewat, membungkuklah, lalu... kent#t.
Satir pedas ini telah lama tenar, berasal dari belahan Afrika sana.
Namun jika ditarik ke pelbagai perkara, maka pas juga dipakai.
Urusan heboh KPPS, sebagai petikan contoh, yang dimainkan di Medsos, sejatinya bagian dari melepas kepenatan.
Netizen seolah menemukan saluran buang angin bersama. Demi sesaat membuang penat dan kejenuhan. Utamanya di urusan politik Pemilu.
Seumumnya buang angin, maka memantik gaduh. Meski tentu tak akan lama.
Ini baru satu sisi. Mari kita kuliti. Aneka faktor non lelucon di balik KPPS.
Bahwa ada jutaan orang kini menyandang label ini. Seraya berani menadah resiko. Di 2019 bahkan 786 orang perlaya.
Hari ini pun di Kab Tangerang aib mencuat. Bersumber dari tata kelola dan pengorganisasian makanan ringan (yang terlalu lambat, tak enak, dan membuat marah khalayak).
Di balik itu, ada rahasia besar yang jarang dipercakapkan.
Jutaan petugas KPPS adalah booming kesadaran partisipatif. Jangan melulu orang ikut di situ karena godaan honor sejutaan.
Jumlah itu seserpih kuku saja. Tak imbang dengan beban kerja setingkat romusha. Sebuah riset menyebut, proporsi tugas KPPS, tak ada banding, tiada banding.
Mereka, sebelumnya, berlelah payah mengurus syarat administratif yang tak sedikit. Lalu ikut dilantik. Kemudian terlibat Bimtek.
Dan, di hari-hari jelang Pemilu, tumpukan kerjaan wajib diselesaikan.
Mengedarkan undangan Pemilih; siapkan lokasi TPS beserta sarana prasarana; mengatur logistik; melayani pemilih; menghitung; dan lainnya.
Cek saja, semua ini tak selesai sehari.
Belum lagi jika memasukkan unsur-unsur baru yang ada di Pemilu 2024. Beberapa KPPS, harus melek digital.
Nah, uraian ini membuktikan pokok perkara. Bahwa bagus saja membincang KPPS dari sisi guyon dan "snack tak ada".
Namun jangan lupa, mereka akan menyelesaikan pekerjaan raksasa. Melayani 200an juta hak pilih.
Seraya menjadi bagian dari momentum bersejarah. Yakni menyukseskan Pemilu terbesar dan terumit sedunia.
Bisa jadi, sebagian orang memilih jalan pecundang dalam Pemilu ini.
Tetap tunggu juga, kami yang mengambil jalan pedang!
Oleh: Endi Biaro, Komisioner KPU Kab Tangerang.